“Ini mah bukan Villa, dodol kencur... ini tuh rumah besar. Kamu gak bisa bedain mana rumah mana villa?” cerocos Brett ketika masuk rumah besar itu. Itulah Ciri khas Brett, banyak berbicara tapi bisa membuat teman temannya tertawa.
“Yaudah sih yang penting kan udah nyampe, jangan banyak protes deh” jawab Logan cuek sambil menaruh ransel nya di sofa. “Ok, disini ruangan nya ada 4 kamar. Dan kita akan menginap disini selama 7 hari. So, kalian bisa pilih kamar kalian sendiri... tapi, jangan cewek sama cowok ya... disini angker loh” lanjut Logan sambil menunjukan muka mengejek nya ke Greyson ketika di akhir kalimat.
Greyson melihat-lihat sekitar. Memang rumah ini keliatan sudah tua sekali dari luar, tapi di ruangan nya masih rapih tertata oleh barang antik dan barang mahal. Ruangan ini sama seperti ruangan orang kaya biasa.
“Dimana tante mu?” tanya Greyson langsung kepada Logan yang masih disitu sementara teman teman nya sudah di kamar masing masing.
“Dia sudah meninggal 2 tahun lalu” ucap Logan santai tanpa hambatan. Greyson hanya mengangguk sebentar dan tiba-tiba matanya melebar kearah Logan.
“Lalu siapa yang menjaga rumah ini?”
“Ibu ku seminggu sekali mengecheck rumah ini, sudahlah jangan jadi pengecut begitu” Logan mengambil ransel nya dan berjalan malas ke kamarnya diatas, sama dengan sahabat-sahabatnya.
Greyson masih tetap kokoh berdiri disitu. Masih melihatlihat sekitar. Rumah ini sangat sepi sekali, apalagi jika tidak ada yang menempatinya, batin Greyson berbicara. Tiba tiba Greyson merasa ada yang mengikuti nya dari belakang. Greyson menengok ke kanan dan ke kiri tetapi tak melihat siapapun. Greyson menarik napas berat saat dia melihat ada bayangan berjalan tepat di depannya. Greyson kembali menggelengkan kepala nya. Mungkin itu hanya ilusinasi dia saja, ya mungkin....Greyson langsung mengambil ransel nya di sofa dan berlari ke kamar atas.
Greyson langsung mengunci pintu ketika ia sampai di dalam kamarnya. Greyson langsung membuang ransel nya ke sembarang dan mengatur napasnya yang terengah-engah itu. Setelah napas nya benar-benar teratur, Greyson melihat sekitar kamar ini. Kasur nya berukuran besar. Seharusnya tadi ia berdua dengan Maddox, tapi ternyata Maddox hanya mengantar nya ke rumah Hayden dan ia tak ikut kesini.
Greyson berjalan lunglai ke arah kasur dan langsung merebahkan dirinya di kasur itu. Nyaman. Itulah satu kata yang ada di pikiran Greyson ketika merebahkan diri nya dikasur itu. Memang kasur itu bukan hanya besar, tetapi empuk dan hangat. Apalagi kasur itu sangat tertata rapih. Greyson langsung melepaskan sepatu converse kesayangannya dan tidur di kasur itu. Lagi pula tak ada salahnya jika ia tidur karena perjalanan dari rumah nya sampai kesini cukup lama, sekitar 2 jam.
*****
Gadis itu hanya berdiri di depan pintu dengan tatapan datar. Sekarang kasurnya bukan milik nya lagi, tetapi milik pria yang waktu itu ia temui. Sedetik kemudian ia menarik ujung bibir nya yang menghasilkan senyum lantas ia melayang ke arah pria tersebut. Dengkuran halusnya sangat terdengar, kelihatan sekali bahwa ia sangat merasa lelah. Keyla langsung menarik selimut dan menutupi badan Greyson sampai se dada Greyson.
Keyla merasa ada yang salah dengan dirinya ketika melihat Greyson pertama kali. Meskipun Keyla –ataupun Greyson- tak mengetahui nama satu sama lain, tetapi Keyla merasa ada yang aneh pada dirinya. Apa ini yang dimakan jatuh cinta?, batin Keyla. Keyla langsung menggelengkan kepala nya dan langsung sadar bahwa ia takkan menjadi milik pria tersebut. Tidak akan pernah.
Keyla melirik ke arah meja kecil yang ada di samping tempat tidur dan menemukan kertas disana. Oh itu kertas sebelum ia meninggalkan dunia ini, buktinya masih ada bercak darah disana dan tulisan nya yang terputus sebelum kejadian itu. Keyla mengambil kertas itu dan membaca tulisan nya kembali. Itu tulisannya 2 tahun lalu, saat ia sedang santai santai di kamar ini dan tiba tiba kejadian tak ia inginkan terjadi.
Surat itu tentang kisahnya dengan kapten basket sekolahnya 2 tahun lalu. Sebenarnya mereka berdua tidak menjalin hubungan tetapi Keyla hanya merasa suka dengan kapten basket tersebut. Ia selalu saja menulis kata-kata tentang kapten basket tersebut sampai akhir hayatnya.
Tiba tiba Keyla mendengar suara mengerang, Keyla menengok dan melihat Greyson sedang mengucek-ngucek matanya. Keyla langsung melepaskan kertas itu begitu saja dan melayang menjauhi Greyson. Dia tak mau membuat Greyson takut akan keberadaan nya.
*****
Greyson mengucek-ngucek matanya sambil merasakan kantuk. Rasanya matanya itu tidak mau terbuka lebar dan hanya mau menutup sampai fajar tiba. Tapi tidak untuk perutnya, sepertinya perutnya itu tidak setuju dengan kemauan matanya. Greyson bangkit dari tempat tidur dan kaki nya menyentuh kelantai, tapi tiba-tiba ia merasakan sesuatu di kaki nya. Greyson menunduk kebawah dan mendapati sebuah kertas disitu dan ada bercak-an darah. Greyson mengernyit. Ini perasaan dia saja ada bercak-an darah atau memang karena matanya masih mengantuk jadi ini terlihat seperti bercak-an darah?
Greyson membali kertas itu dan mendapat kan tulisan diselingi dengan bercak darah.
Greyson mengernyit tak mengerti,tulisan ini belum selesai dan banyak bercak darah di kertas ini. Perasaan Greyson tambah tak enak karena memang ia sudah mengira bahwa ini benar-benar tempat yang angker seperti yang dibilang Logan barusan. Greyson langsung menaruh kertas itu di meja kecil dengan cepat dan berlari keluar dari kamar.
Sepi. Ketika ia sampai di ruang tamu sama sekali tidak ada sahabatnya semua. Greyson mengelilingi semua ruangan yang ada di rumah itu sekaligus kamar sahabat nya. Tetap saja hasilnya nihil. Sahabatnya tidak ada dimana-mana. Greyson menggerutu tak jelas. Mengapa sahabatnya meninggalkan dia sendiri dalam keadaan lapar di dalam rumah besar?
Sendirian di dalam rumah besar. Kata-kata itu terbesit diotak Greyson. Yaampun, kenapa otak nya lemot sekali. Greyson baru menyadari bahwa ia lah manusia yang berada di rumah besar itu. Greyson menarik napas berat, mencoba tak memikirkan hal negative yang ada diotaknya. Rumah ini aman.. ya aman, batin Greyson berbisik.
Hai......
Jantung berhenti ketika mendengar suara halus itu. Asalnya dari belakang dia, tepat sekali. Greyson memejamkan mata merasa tak peduli sementara jantung nya sekarang berdetak lebih cepat dari sebelumnya... Wajahnya langsung pucat sekali, napas nya berburu seakan beradu dengan jantung nya yang lebih cepat itu.
Hai......
Suara halus itu datang lagi masih tepat dibelakang Greyson.Tubuh Greyson sekarang sudah dibasahi dengan keringat nya sendiri. Keringat dingin. Greyson masih menutup matanya dengan rapat seakan akan tak ingin ia buka untuk kali ini. Greyson mengumpat kesal karena sahabatnya yang entah kemana itu meninggalkannya sendirian di rumah yang besar ini.
Tin...tin....
Terdengar klakson mobil diluar rumah. Greyson masih seperti semula. Dengan menutup matanya rapat rapat, keringat dingin, dan napas nya tak karuan. Sampai tiba tiba seseorang mengagetkan nya dari belakang.
“Hey!” tangan orang itu menyentuh pundak Greyson yang membuat Greyson meloncat kedepan.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!” Teriak Greyson kencang sambil menutup matanya. Dia tak mau melihat bentuk asli dari hantu atau apalah itu.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” Suara tawa itu terdengar menggelegar ke seluruh ruangan. Siapa lagi kalau bukan tawa dari sahabat-sahabatnya. Brett, Hayden, Logan, Alli, Emma dan Cody.
Greyson membuka matanya perlahan dan melihat seluruh sahabatnya ada di belakang sofa yang tadi ia duduki dengan menertawainya. Sial, umat Greyson kesal.
“You guys make me want to die” ucap Greyson lemas dan menjatuhkan dirinya ke sofa yang ada di belakangnya.
“Oh... what’s wrong with you baby face?” jawab Cody sambil menghampiri Greyson yang napas nya masih terengah-engah tersebut.
“Shut up, Co! Why did you leave me alone in this big house” Kata Greyson sambil menutup matanya. Lega. Itulah perasaan nya sekarang karena sudah ada sahabat disisinya.
“We are looking for food” balas Logan sambil menaruh pizza berukuran besar di tengah tenggah meja.
“Kenapa kalian enggak ngebangunin aku?”
“Kau tidur sangat pulas, lagian siapa suruh pintu pake dikunci segala” Greyson menepuk dahinya bodoh. Benar! Kenapa harus tadi ia mengunci pintunya?
“Hey, kau keringat dingin? Kau mengajak wanita kesini dan melakukan sesuatu ya? Sampai napas mu tidak beraturan seperti itu. Jujurlah dimana dia sekarang?” Brett mengocehi Greyson saat ia menyentuh tangan Greyson yang berkeringat dingin. Greyson langsung menampar Brett pelan. Enak saja dia membawa wanita! Ew.
“Kalian tau? Aku seperti ikut uji nyali, coba saja kau semua merasakan jadi aku”
“Oh ayolah, kau bukannya memang penakut?” Brett lagi-lagi berbicara tak jelas yang membuat seluruh sahabatnya tertawa kecuali Greyson.
“Sudahlah aku lapar” Greyson langsung duduk tegak dan mengambil satu potongan pizza. Tenaga nya benar-benar terkuras karena ketakutan tadi.
Greyson mengunyah pizza itu pelan-pelan sambil mendengarkan sahabat-sahabatnya ini bercanda. Greyson tak bisa bercanda kali ini. Kejadian tadi benar-benar membuatnya hampir jantungan. Greyson memutar matanya ke arah Brett. Tiba-tiba Greyson berhenti mengunyah dan melihat ke arah lain... TIDAK. Pasti sekarang otaknya sedang bermasalah makanya ia selalu melihat yang aneh-aneh. Greyson lalu menghabiskan satu potongan pizza itu tanpa melihat ke arah sesuatu yang tadi ia lihat.
“Lain kali kalau mau makan diluar, ajak aku. Aku sangat bosan dirumah kau tau” ucap Greyson tanpa melihat ke arah teman-temannya.
“Bosan atau takut, hm?” tanya Cody menggoda Greyson.
“Ya mungkin dua-duanya” jawab Greyson sambil garuk tekuk leher nya yang sama sekali tak gatal. Lagi-lagi sahabatnya semua menertawakannya. Sial.
Greyson ingin mengambil cocacola yang ada di samping pizza. Tapi niatnya terhenti saat ia mendengar suara halus itu kembali.
Please don’t be afraid of me...
NEXT - #part3
Author : Salma Havisha aka Visha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar